Mungkin lama sebelum kawasan Jatinangor menjadi kawasan pendidikan, masyarakat Jatinangor hidup dalam suasana budaya sunda yang kental. Setiap hari budaya tersebut menjadi semacam kegiatan atau sebagai identitas yang menjadi ciri khas. Tahun pun berganti seakan beiringan dengan semakin menipisnya kehidupan yang sarat dengan budaya di Jatinangor ini. Semakin berkembangnya kawasan Jatinangor sebagai kawasan pendidikan, masyarakat cenderung sibuk dengan membangun kos-kos. Pekerjaan lama yang mereka geluti ditinggalkan untuk mengelola sesuatu yang "baru" ini.
|
Rampag Kendang : Dokumentasi Sanggar Motekar |
Supriatna (58), seorang budayawan dan mantan kepala sekolah SD Jatinangor yang memelopori berdirinya sanggar ini. Sejak awal tahun 1980, ia mulai menggeluti seni tradisi Sunda. Awalnya ia mengadakan kegiatan berkesenian di rumahnya pada tahun 1980. Saat itu, ia memberikan pelatihan seni tradisi bagi siswa-siswanya untuk menghadapi hari-hari besar, seperti 17 Agustusan, dan berbagai perlombaan. Bersama dua orang anaknya yang juga mencintai seni, mereka membangun Sanggar Motekar ini pada tahun 2000. Dia menggunakan rumah sederhananya sebagai sanggar.
"Motekar itu bahasa sunda, artinya kreatif tapi anak saya mengartikannya sebagai singkatan dari Modal Tekad Pikeun Mekar atau Modal Tekad Untuk Berkembang", kata Supriatna. Dia juga menceritakan bahwa sekarang masyarakat yang ingin mempelajari budaya Sunda sudah berkurang berbeda dengan dulu. Saat ini pelestarian budaya Sunda di Jatinangor sudah dalam status gawat. Hanya segelintir orang saja yang berminat mempelajari atau mendalami budaya Sunda ini. Hal itu disebabkan banyaknya pendatang seperti mahasiswa-mahasiswa karena Jatinangor sendiri sudah berubah menjadi kawasan pendidikan. Kehidupan modern juga merupakan salah satu penyebabnya.
Di Sanggar Motekar ini, Supriatna membentuk kelas-kelas tersendiri karena kesenian harus memiliki dasar terlebih dahulu. Kelas-kelas tersebut yaitu :
Kelas Tari
Tingkat 1
1. Tari sekar putri (tarian yang menggambarkan putri yang sedang bermain di taman). Tarian ini untuk tingkat dasar untuk putri dan dilakukan berkelompok.
2. Anjasmara (tarian yang menggambarkan putri yang sedang bermain di taman). Tarian ini untuk tingkat dasar untuk putri dan dilakukan berkelompok.
Tingkat 2
1. Tari merak (tarian kreasi, memperlihatkan keindahan merak)
2. Tari Adipati Karna (tarian tentang tokoh wayang Adipati Karna, satria yang gagah dan pemberani)
Tingkat 3
1. Tari Ratu Anggraeni (tarian yang menggambarkan putri yang hendak berperang) tarian ini dilakukan sendiri.
2. Tari Gatotkaca (tarian yang menggambarkan tokoh wayang Gatotkaca, seorang pahlawan negeri Amarta). Untuk putri dan putra.
3. Tari Topeng (tarian tentang kegagahan dan kesombongan manusia). Untuk putrid dan putra.
4. Tari Baladewa (tarian tentang seorang tokoh wayang yang menggambarkan manusia gagah, emosional, dan pemberani) Untuk putri dan putra.
Kelas musik
Di kelas musik tradisional sunda ini siswa akan diajarkan keterampilan dasar memainkan beberapa alat musik sampai ke tingkat yang lebih tinggi.
1. Kelas kecapi
2. Kelas suling
3. Kelas kendang
4. Degung (saron, bonang, goong)
Kelas Drama
Kelas drama ini ditujukan untuk siswa smp dan sma di Jatinangor
|
Tari Merak : Dokumentasi Sanggar Motekar |
Sanggar ini tidak hanya diperuntukan untuk masyarakat sekitar saja, mahasiswa-mahasiwa juga bisa mengikutinya jika berminat. Disini juga terdapat pelestarian budaya Cikeruhan atau yang dikenal dengan nama Cikeruhan Revitalization Project. Di sini pelestarian kesenian Cikeruhan yang memang sudah semakin jarang ditemui dilakukan. Pelestarian itu berupa pembukaan kelas yang mempelajari Rebab, Kendang, dan pola Tarian Ketuktiluan.
Semakin berkembangnya zaman atau teknologi bahkan manusia seharusnya tidak menghilangkan sesuatu yang memang sudah menjadi budaya di masyarakat. Sanggar Motekar ini hanya sebagian kecil dari usaha segelintir masyarakat dalam melestarikan sesuatu yang mereka anggap bagian hidup mereka, BUDAYA SUNDA yang juga merupakan identitas mereka. Hanya tinggal melihat nantinya apakah waktu dan zaman akan terus memakan kebudayaan itu sendiri.
Jalan Kolonel Achmad Syam No. 70, Desa Sayang, Jatinangor, Sumedang
Telp. : 022-7782479
Made Mahardika