Sunday, November 21, 2010

Black and White Ballad


"colour dominate everything in the world
when there are just two colour in the world
you'll see another world
display different side
and there are just black and white"









made mahardika

Saturday, November 20, 2010

Balada Senja

"ketika garis langit meredup
pijar hangatnya memeluk bumi
indah sudut dunia kala senja
benamkan nestapa seiring membenamnya cahaya surya"








aldo fenalosa

Monday, November 15, 2010

Sanggar Motekar, Pelestari Budaya Sunda di Jatinangor

Mungkin lama sebelum kawasan Jatinangor menjadi kawasan pendidikan, masyarakat Jatinangor hidup dalam suasana budaya sunda yang kental. Setiap hari budaya tersebut menjadi semacam kegiatan atau sebagai identitas yang menjadi ciri khas. Tahun pun berganti seakan beiringan dengan semakin menipisnya kehidupan yang sarat dengan budaya di Jatinangor ini. Semakin berkembangnya kawasan Jatinangor sebagai kawasan pendidikan, masyarakat cenderung sibuk dengan membangun kos-kos. Pekerjaan lama yang mereka geluti ditinggalkan untuk mengelola sesuatu yang "baru" ini.

Rampag Kendang : Dokumentasi Sanggar Motekar
Supriatna (58), seorang budayawan dan mantan kepala sekolah SD Jatinangor yang memelopori berdirinya sanggar ini. Sejak awal tahun 1980, ia mulai menggeluti seni tradisi Sunda. Awalnya ia mengadakan kegiatan berkesenian di rumahnya pada tahun 1980. Saat itu, ia memberikan pelatihan seni tradisi bagi siswa-siswanya untuk menghadapi hari-hari besar, seperti 17 Agustusan, dan berbagai perlombaan. Bersama dua orang anaknya yang juga mencintai seni, mereka membangun Sanggar Motekar ini pada tahun 2000. Dia menggunakan rumah sederhananya sebagai sanggar.

"Motekar itu bahasa sunda, artinya kreatif tapi anak saya mengartikannya sebagai singkatan dari Modal Tekad Pikeun Mekar atau Modal Tekad Untuk Berkembang", kata Supriatna. Dia juga menceritakan bahwa sekarang masyarakat yang ingin mempelajari budaya Sunda sudah berkurang berbeda dengan dulu. Saat ini pelestarian budaya Sunda di Jatinangor sudah dalam status gawat. Hanya segelintir orang saja yang berminat mempelajari atau mendalami budaya Sunda ini. Hal itu disebabkan banyaknya pendatang seperti mahasiswa-mahasiswa karena Jatinangor sendiri sudah berubah menjadi kawasan pendidikan. Kehidupan modern juga merupakan salah satu penyebabnya.

Di Sanggar Motekar ini, Supriatna membentuk kelas-kelas tersendiri karena kesenian harus memiliki dasar terlebih dahulu. Kelas-kelas tersebut yaitu :

Kelas Tari
Tingkat 1
1. Tari sekar putri (tarian yang menggambarkan putri yang sedang bermain di taman). Tarian ini untuk tingkat dasar untuk putri dan dilakukan berkelompok.
2. Anjasmara (tarian yang menggambarkan putri yang sedang bermain di taman). Tarian ini untuk tingkat dasar untuk putri dan dilakukan berkelompok.
Tingkat 2
1. Tari merak (tarian kreasi, memperlihatkan keindahan merak)
2. Tari Adipati Karna (tarian tentang tokoh wayang Adipati Karna, satria yang gagah dan pemberani)
Tingkat 3
1. Tari Ratu Anggraeni (tarian yang menggambarkan putri yang hendak berperang) tarian ini dilakukan sendiri.
2. Tari Gatotkaca (tarian yang menggambarkan tokoh wayang Gatotkaca, seorang pahlawan negeri Amarta). Untuk putri dan putra.
3. Tari Topeng (tarian tentang kegagahan dan kesombongan manusia). Untuk putrid dan putra.
4. Tari Baladewa (tarian tentang seorang tokoh wayang yang menggambarkan manusia gagah, emosional, dan pemberani) Untuk putri dan putra.
Kelas musik
Di kelas musik tradisional sunda ini siswa akan diajarkan keterampilan dasar memainkan beberapa alat musik sampai ke tingkat yang lebih tinggi.
1. Kelas kecapi
2. Kelas suling
3. Kelas kendang
4. Degung (saron, bonang, goong)
Kelas Drama
Kelas drama ini ditujukan untuk siswa smp dan sma di Jatinangor
Tari Merak : Dokumentasi Sanggar Motekar
Sanggar ini tidak hanya diperuntukan untuk masyarakat sekitar saja, mahasiswa-mahasiwa juga bisa mengikutinya jika berminat. Disini juga terdapat pelestarian budaya Cikeruhan atau yang dikenal dengan nama Cikeruhan Revitalization Project. Di sini pelestarian kesenian Cikeruhan yang memang sudah semakin jarang ditemui dilakukan. Pelestarian itu berupa pembukaan kelas yang mempelajari Rebab, Kendang, dan pola Tarian Ketuktiluan.
Semakin berkembangnya zaman atau teknologi bahkan manusia seharusnya tidak menghilangkan sesuatu yang memang sudah menjadi budaya di masyarakat. Sanggar Motekar ini hanya sebagian kecil dari usaha segelintir masyarakat dalam melestarikan sesuatu yang mereka anggap bagian hidup mereka, BUDAYA SUNDA yang juga merupakan identitas mereka. Hanya tinggal melihat nantinya apakah waktu dan zaman akan terus memakan kebudayaan itu sendiri.

Sanggar Motekar
Jalan Kolonel Achmad Syam No. 70, Desa Sayang, Jatinangor, Sumedang
Telp. : 022-7782479

Made Mahardika

Saturday, November 13, 2010

LET THE KAMBING SPEAK!

foto by: Hamba Allah
BENCANA! Hey.. what's came in your head when you hear that word?! Kemarahan Tuhan?? Murka bumi?? Atau sebuah jawaban atas perbuatan kita selama ini?? Semua bebas beranggapan tentang itu. Seperti yang sudah kita ketahui, setiap hari kita selalu disuguhi oleh pemberitaan yang hanya berisi tentang bencana. Mentawai, Merapi, dan Wasior. ada apa dengan Indonesia?? Saya tidak akan menjawab sebagai seorang Manusia, tapi biarkan sisi liar saya yang bicara (baca=kambing). Manusia... Ya.. Makhluk yang lengkap dengan kebodohan, kesombongan, dan keserakahan dengan tidak sadar (atau pura-pura tidak sadar) telah merusak bumi dengan sangat sempurna!  Rasa keangkuhan manusia membuat mereka merasa bahwa mereka bisa melakukan semuanya, mereka memiliki semuanya. Ya, memang kalian adalah makhluk ciptaan tuhan yang paling sempurna, tetapi itu justru telah membutakan mata kalian! Hey manusia, anda tidak lebih baik dari seekor binatang!! Bumi sedang terluka dan ia menangis sepanjang hari.. dan kalian malah menari-nari diatasnya! Jujur, Saya muak melihatnya, Mungkinkah akan benar-benar tiba hari terakhir di dunia?? Buka mata dan hatimu kawan. Coba pikirkan lagi semua yang pernah, sedang, dan akan kalian lakukan.. Sudah cukupkah cinta yang ada tuk Bumi Pertiwi???
Pesan saya kepada Tuan Bumi, anda pantas marah! berikan kemarahan anda kepada mereka yang selama ini menyia-nyiakanmu tuan!


cheers!!
...anrch...

Monday, November 8, 2010

Street Photography


Street photography is a type of documentary photography that features subjects in candid situations within public places such as streetsparksbeachesmallspolitical conventionsand other settings.

Street photography uses the techniques of straight photography in that it shows a pure vision of something, like holding up a mirror to society. Street photography often tends to be ironic and can be distanced from its subject matter, and often concentrates on a single human moment, caught at a decisive or poignant moment. On the other hand, much street photography takes the opposite approach and provides a very literal and extremely personal rendering of the subject matter, giving the audience a more visceral experience of walks of life they might only be passingly familiar with. In the 20th century, street photographers have provided an exemplary and detailed record of street culture in Europe and North America, and elsewhere to a somewhat lesser extent.

Most kinds of portable camera are used for street photography, for example rangefinders, digital and 35mm SLRs, point-and-shoot camerasand smartphones. A commonly used focusing technique is zone focusing — setting a fixed focal distance and shooting from that distance — as an alternative to autofocus, particularly using wide angle lenses with their increased depth of field. Zone focusing facilitates shooting "from the hip" i.e. without bringing the camera up to the eye. Alternatively, waist-level finders allow for composing the shot and/or adjusting focus without bringing attention to the photographer.

Many classic works of street photography were created in the period between roughly 1890 and 1975 and coincided with the introduction of portable cameras, especially small 35mm,rangefinder cameras, most famously the Leica, as used by Henri Cartier-Bresson, among others.

Made Mahardika

The Crews

I'm the man who post this. I'm Dipo or some people call me Made.
I'm a street photographer and i don't write.
My job is traveling, traveling, and traveling

He is Surya or he call himself Anarcho.
He writes and a photographer too. He's a "Blackberry Boy" so ask his pin now, dude! LOL!

This is Harbiw. We call him The Manager.
He is a photographer and i don't know what kind of photography he shots.
Maybe he writes too.

He is Aldo. He looks like a 70's guy but maybe he is younger than that.
He is a landscapist photographer and he also writes something like "GALAU" moment. LOL!

He is Firman. He is a photographer although we don't know what kind of photo he shot.
BIG FIRMAN! Rawwwwrrr!


She is Dira but we should call her "Cebol" because she is the shortest and the "unyu-est" because of her hair. LOL!
She's designer, modeling photographer and she writes too.
If you wanna be shot, call her.


So this is our crew. We are the people who try to catch every moment and write it. We share all of we have about life here. Maybe it can be useful for you, guys. So here we are, Kambing Crews!